Makalah Pentingnya Menuntut Ilmu
A. Pengertian Ilmu
I LOVE ALLAH |
“Secara
bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil, sedang secara istilah
berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah segala hakikat yang secara
sempurna. Secara istilah Syar’i pengertian ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan
amal, baik amalan hati, lisan maupun anggota badan dan sesuai dengan petunjuk
Rasulullah Saw.”
Ibnu
Munir berkata : “Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya
tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan
dan perbuatan, karena ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan
di terima kecuali dengan niat yang benar.”
Dalam
pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang bisa
didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan, kunci untuk
menjawab pertanyaan dan masalah di dunia . . .”
Berdasarkan
beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu
merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah baik secara lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan),
tanpa ilmu kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting
dalam kehidupan seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.
B. Pengertian Menuntut
Ilmu
“Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah
tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu
menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.”
Menuntut ilmu
merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
“Menuntut
Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Mu’adz
bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah
ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk
keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan
demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan
perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah
laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
C.
Hadis-Hadis
tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
o
Niscaya Allah akan meninggikan beberapa
derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)
o
Menuntut
ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
o
Seseorang yang keluar dari rumahnya
untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga
(Shahih Al jami)
o
Barang siapa
berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
o
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk
mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.”(Bukhari)
o
Siapa yang
keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali
(Shahih Tirmidzi)
o
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk
ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang
yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
o
Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )
o
Kelebihan seorang alim (ilmuwan)
terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh
bintang. (HR. Abu Dawud )
o
Siapa yang Allah
kehendaki menjadi baik maka Allah akan memberikannya pemahaman terhadap Agama
(Sahih Ibnu Majah)
o
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw
bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki
yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam
kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan
perkara dan mengajar dengannya.(Bukhari)
o
Termasuk
mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua
yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil.
(HR. Abu Dawud dan Aththusi)
o
Janganlah
kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula
menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk
menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya
neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
o
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu
lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di
mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
o
Orang yang
paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah
menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
o
Sesungguhnya
Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan
mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian
orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia
memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
o
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan
jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan
lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)
o
Sedikit ilmu
lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia
mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa
bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
D. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: “Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm hal. 9)
"Dan mereka
tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
|
Nabi
juga bersabda:
"Barangsiapa
mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala
(ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian
dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat."
(Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami’: 6159)
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya,
tanpa memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan
dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang
abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ
عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (رواه ابن
ماجه عن أنس بن مالك )
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.
E.
Pentingnya
Menuntut Ilmu
Sesungguhnya ilmu
adalah cahaya dan petunjuk sedangkan kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan.
Pelajarilah apa yang telah Allah turunkan kepada rasul-Nya yaitu Alquran.
Belajarlah dari para ulama karena ulama sesungguhnya adalah pewaris para nabi.
Sedangkan para nabi
tidak mewariskan harta benda dinar ataupun dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu,
maka barangsiapa yang berpegangan kepadanya berarti ia telah mendapatkan bagian
yang banyak dari warisan mereka.
Tuntutlah ilmu karena
ia merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat dan pahala yang terus-menerus
sampai hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Mujaadalah ayat
11yang artinya
“Niscaya Allah akan
meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam pun mengatakan bahwa salah satu dari amalan yang tidak akan
putus pahalanya dari seorang muslim yang telah meninggal sekalipun adalah ilmu yang
bermanfaat.
Tidaklah mungkin akan sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu. Tidak mungkin sama orang yang berjalan digelapan dengan cahaya di
tangannya sebagai penerang jalan dengan orang yang berjalan di kegelapan tanpa
cahaya menerangi jalannya. Renungkanlah sejenak firman Allah berikut yang
artinya
“Dan apakah orang yang
telah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang
terang dengannya ia dapat berjalan di tengah-tengah manusia serupa dengan orang
yang berada dalam gelap gulita dan sama sekali tidak dapat keluar
darinya?Demikianlah orang-orang kafir itu dijadikan memandang baik apa yang
telah mereka kerjakan.”
Kebodohan akan membuat orang yang
memilikinya memandang baik segala yang diperbuatnya. Itu karena ia tidak
memiliki ilmu yang dapat membedakan baik dan buruknya sesuatu.
Ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi
masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia
memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut
ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan belajar,
karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam dan
perkembangan zaman.
Jika manusia berhenti
belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh
zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama
pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di
tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.
Bahkan kalau perlu
menuntut ilmu di lakukan tidak hanya di tempat yang dekat tetapi kalau perlu
harus mengembara untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
“Makin tinggi
seseorang menuntut ilmu, makin tinggi pula nilai ilmu yang ia miliki, makin
tinggi ilmu seseorang makin banyak kesempatan bagi orang tersebut untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.”
Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa
orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah terombang-ambing
tidak mudah tergoda oleh bujukan syetan.
Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw.
Artinya :“Seseorang yang alim lebih
sulit di goda oleh syetan dari pada seribu orang yang ahli ibadah (tetapi tidak
berilmu),” (H.R. Turmudzi).
Dapat di lihat dalam
kehidupan masyarakat terjadinya gangguan ketertiban di akibatkan karena
beberapa faktor, salah satunya ialah kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh anggota masyarakat itu, seperti :
- Kurangnya pengetahuan agama dalam suatau anggota masyarakat mengakibatkan kurang mengerti / paham tentang batas-batas halal dan haram sehingga cenderung berbuat seenaknya, tidak tahu malu, dan tidak tahu sopan santun.
- Kurangnya pengetahuan umum karena tidak bersekolah atau putus sekolah, sehingga tidak terampil menciptakan pekerjaan sendiri, sulit mencari pekerjaan akibatnya sulit mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika keadaannya demikian ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang agama maka orang mudah terjerumus kedalam perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi, mencuri, merampok, bahkan membunuh.
Islam sangat
memperhatikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah Swt, yang
artinya, “Peliharalah diri dan keluargamu dariapi neraka.” Keluarga adalah
masyarakat terkecil, jika semua keluarga di dalam masyarakat itu baik, maka
baik pulalah kehidupan dalam masyarakat dan alangkah indahnya sesuatu
masyarakat yang anggota masyarakatnya memiliki keterpaduan antara ilmu agama
dan ilmu umum.
F.
Ilmu adalah
Bunga-Bunga Ibadah
Segala kegiatan
manusia di dunia pada hakikatnya adalah untuk menciptakan kehidupan yang indah.
Bila diungkapkan dengan bahasa ungkapan maka dapat dikatakan bahwa ilmu
merupakan bunga-bunga ibadah. Ilmu merupakan penghias ibadah manusia kepada
Allah, kepada sesama manusia dan kepada diri sendiri. Ketika ilmu dipelajari
dengan sungguh-sungguh dan diamalkan sebaik-baiknya untuk kepentingan yang
benar maka akan sangat indah manfaat yang diraih. Namun bila ilmu dipelajari
dengan setengah-setengah dan dimanfaatkan semaunya tanpa tahu tujuannya benar
atau tidak, maka ilmu itu akan merusak citra keindahan. Inilah yang sangat
penting kita pahami agar tidak sembarangan mempergunakan ilmu dalam kehidupan
kita. Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang dipelajari dengan niatan baik dan
tulus untuk diamalkan di jalan Allah SWT melalui kehidupan umat manusia sebagai
perantaranya.
G. Pentingnya Mengamalkan Ilmu
Ilmu
yang telah didapat dari usaha menuntut ilmu adalah untuk di amalkan karena ilmu
itu terjaga dan tidak mudah hilang apabila telah diamalkan, terkhusus pada diri
sendiri, apakah ilmu yang telah didapat di amalkan pada kebaikan diri sendiri
karena sebelum mengamalkan ilmu pada orang lain setidaknya telah diamalkan pada
diri sendiri. Setinggi apapun seseorang menuntut ilmu jika tidak di amalkan
maka dengan sendirinya ilmu tersebut akan mudah hilang, ilmu akan bertambah
jika di amalkan sebaliknya ilmu akan menghilang jika tidak di amalkan.
Sekecil apapun ilmu
yang diajarkan kepada orang lain selama itu bersifat kebaikan niscaya Allah
akan senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya orang yang
mengajarkan kebaikan kepada orang lain, maka setiap hewan melata akan
menohonkan ampunan baginya, termasuk pula ikan paus di lautan, (Mukhtasar
Minhajul Qashidin ; 11).”
Orang yang
mengajarkan ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti pahala orang yang
mengamalkan ilmu tersebut, dan yang lebih utamanya lagi ialah pahala seorang
alim akan terus bermanfaat dan tidak akan terputus meskipun telah wafat.
Dengan
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menyeru kepadaNya serta berlaku
sabar dalam menjalaninya agar ilmu yang telah di peroleh memiliki buah yang
baik dan dapat berkembang, dengan demikian banyak orang lain yang dapat menfaat
dari ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui
bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang bisa terangkat, kecuali jika ilmu
tersebut telah diamalkan.
Islam
menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik, apabila
orang-orang Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan pikiran
yang sehat. Oleh karena itu, pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi
manusia.
Berdasarkan
pernyaaan di atas, maka dapat diambil nasehat yang utama bagi kita semua. Yakni
tentang perlunya semangat dalam menuntut ilmu dan tafaqquh fid-din, akan
tetapi pada kenyataannya banyak dari kita yang tidak sungguh-sungguh dalam
belajar, bahkan meninggalkannya (berpaling darinya). Telah menjadi keprihatinan
tersendiri dalam benak saya. Oleh karena itu, insya Allah akan dijelaskan dan
diuraikan urgensi tholibul ilmi dari dalil-dalil Al_Qur’an, disertai
ta’liq sederhana.
H. Mensyukuri Nikmat Allah dengan Menuntut Ilmu
Sesungguhnya
wajib bagi kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cara
melaksanakan kewajiban terhadap-Nya. Merupakan kewajiban karena nikmat yang
telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita. Seseorang yang tidak
melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang
sangat berharga baginya, ia adalah orang yang yang tidak tahu berterima kasih.
Maka manusia yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala adalah manusia yang paling tidak tahu berterima kasih.
Muslim sejati ialah
muslim yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata
dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, serta ittiba’ hanya
kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam. Oleh karena itu untuk menjadi
seorang muslim yang benar, ia harus menuntut ilmu syar’i. Ia harus
belajar agama Islam, karena Islam adalah ilmu dan amal shalih.
Cara untuk mendapat
hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dengan menuntut
ilmu syar’i. Menuntut ilmu sebagai jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim),
untuk memahami antara yang haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
I.
Keutamaan Ilmu dan Menuntutnya
Ilmu memiliki
keutamaan, diantaranya :
1)
Menuntut ilmu adalah jalan menuju Surga. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan
dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga”
(HR Muslim 4/2074 no. 2699 dan yang
lainnya dari shahabat Abu Hurairah ).
2)
Warisan para Nabi, sebagaimana sabda
Rasululloh :
Sesungguhnya para
ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula
dirham, namun hanya mewariskan ilmu. Sehingga siapa yang mengambil ilmu
tersebut maka telah mengambil bagian sempurna darinya (dari warisan tersebut).
(HR At Tirmidzi )
3)
Allah
mengangkat derajat ahli ilmu didunia dan akherat, sebagaimana firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila dikatakan:”Berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
(QS. Al Mujadillah 58:11)
4)
Ilmu Pintu kebaikan dunia dan akherat,
sebagaimana sabda Rasululloh :
“Barang
siapa yang Allah inginkan padanya kebaikan maka Allah fahamkan agamanya”
Sumber
:
Hadisaputra
Ihsan, 1981, “Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Pengalamannya”, Surabaya : Al – Ikhlas
Http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/09/kewajiban-menuntut-ilmu/
Komentar
Posting Komentar